Thursday, January 12, 2012

Petak Umpet

Foto: hasil browsing dari Google (pinjam ya...)












"1... 2... 3... 4... Sudah beluuumm??"
"Beluuummm!!"
"5... 6... 7... 8... Sudah beluuumm?"
Lagi-lagi masih... "Beluuuummm!!"
"9... 10..." Tantri terus menghitung. Sedangkan teman-temannya telah nyaris lenyap di tempat persembunyiannya.

Permainan petak umpet memang selalu menyenangkan. Kamu cari, saya menghilang.

Satu per satu Tantri bisa menemukan teman-temannya yang bersembunyi rapat-rapat. Ia memang punya mata yang cukup jeli dan telinga yang peka. Sedikit kelebatan dan sedikit suara bisa menjadi pertanda letak kawan-kawannya.

Hingga setengah jam kemudian, tersisa satu orang yang belum juga dapat ditemukan. Bahkan hingga seluruh teman-temannya ikut mencari. Di balik pohon, di atas pohon, di balik semak, di antara tumpukan jerami, di parit, dan semua tempat tersembunyi. Namun, Ratih tak juga dapat ditemui. Hingga akhirnya seluruh kampung mencari, tetap saja keberadaannya tak terdeteksi.

Sudah seminggu sejak permainan petak umpet yang berakhir tragedi. Tantri dan teman-temannya dilarang bermain petak umpet lagi. Mungkin takut kejadian itu terulang kembali.

Siang ini, Tantri mengajak teman-temannya memetik kelapa. Membelah tempurungnya untuk menyesap airnya. Masing-masing mendapat bagian satu butir kelapa. Tinggal milik Tantri yang belum dibelah.

"Tolong dong, Wan." Pinta Tantri, menyodorkan kelapanya kepada Wawan.

Dengan sekali ayun, golok di tangan Wawan berhasil membuat kelapa Tantri terbelah dua.

Semua terkejut. Nampak di dalamnya Ratih sedang tertidur pulas.


1 comment:

vijay said...

Ap-pha-an sih? Wkwkwkwk