Thursday, January 5, 2012

Kemarau Panjang

Foto: hasil browsing dari Google (pinjam ya...)


Di suatu desa yang terletak di atas bukit, terlihat pohon-pohon telah mulai kering. Rumput tinggal serpihan berwarna coklat. Tanah pun mulai merekah. Jangan tanya hasil panen, hewan peliharaan pun kurus tinggal belulang.

"Pak... kenapa sih nggak bikin ritual pemanggil hujan? Kemarau kali ini sudah terlalu parah."
"Sabar, Bu. Nanti juga kalau yang Empunya langit sudah berkehendak, pasti juga turun toh hujannya."
"Tapi, Pak, ini sudah nggak bisa nunggu lama-lama lagi. Sawah kita sudah kering. Rumput habis. Ternak kita jadi kurus kering karena kurang makan dan minum. Yah... jangankan buat ternak, wong buat kita sendiri saja kekurangan. Mandi saja kita dua hari sekali."

Esok harinya.
Seorang dukun mempersiapkan sesajen. Menebar-nebar bunga. Meniup-niup asap kemenyan. Dilanjutkan dengan membuat tarian pemanggil hujan.

Hujan pun turun dengan lebat hingga dua hari dua malam. Awan gelap menggelayut. Petir saling sambar menyambar. Orang-orang bersorak-sorai. Ternak melenguh dan berkokok kegirangan.

 Di lereng bukit, satu dusun mulai tenggelam.


1 comment:

Anonymous said...

ironis...hard to say, but I like this one....thumbs up...