Friday, October 5, 2012

Kakek




Gambar hasil browsing dari google. Pinjam ya...
 
Aku selalu berseru-seru riang saat kakek mengajakku bersampan. Langsung aku berlari menuju ibu untuk meminta ijin. Tak kudengarkan lagi nasehat ibu agar aku tidak nakal dan menuruti kata-kata kakek agar aku tidak tercebur ke dalam danau. Hatiku terlalu gembira dan tak sabar.

Sekali lompat, aku pun sudah berada di atas sampan. Membuatnya bergoyang-goyang dan oleng. Bukan sekali ini saja kakek menegurku agar pelan-pelan. Tapi aku tak peduli. Air danau yang tenang, desau angin yang lembut, serta kecipak ikan di permukaan air lebih memikat perhatianku.

"Lihat, Kek! Lihat! Ikan yang tadi lompat besar sekali. Putri mau yang seperti itu. Mau dipelihara di kolam." Aku menunjuk-nunjuk ke tengah danau. Lagi-lagi dengan gerakan yang heboh dan membuat sampan bergoyang.

"Putri, pelan-pelan. Kau tak mau kalau sampan kita tenggelam bukan?" Lembut kakek menasehati. Tangannya yang penuh keriput pun mendayung hingga sampan bergerak menuju tempat yang kutunjuk. Sesampainya di sana, kakek mulai mengeluarkan alat pancing. Seperti biasa, aku diminta untuk bersabar sampai ada ikan malang yang menggigit umpan.

"Dapaaaat!!! Kakeeekk!! Ikannya dapat!! Besar sekali!!" Aku melonjak-lonjak girang dan segera membantu kakek memasukkan ikan ke dalam ember berisi air yang telah kami siapkan.

Sudah lewat setahun, dan kakek sudah tiada. Kata ibu, ia pergi ke surga. Entah untuk apa. Mungkin untuk menyusul nenek?

Dan kini, sampan itu terapung-apung sendirian di atas danau. Tak ada yang pernah memakainya lagi. Hanya saja, ketika malam mendekat dengan diselimuti kabut yang pekat, aku seperti melihat sampan itu bergerak-gerak.

No comments: