Saturday, March 31, 2012

Ibu dan Hujan


 
 Foto: hasil browsing di Google (pinjam ya...)

Pagi ini terasa sendu.
Aku sedang duduk-duduk di bale-bale bambu buatan bapak yang tetap terlihat kuat meski renta.
Kudengar angin bertiup perlahan membawa seribu kabar, sejuta berita. Tentu saja. Bukankah angin selalu berkelana?

Di langit sendiri, gumpalan awan sibuk bercengkerama. Ah, mungkin memperbincangkan bulan yang kemarin telat kembali ke peraduan. Semakin seru berbincang, warna awan semakin kelabu. Mungkin memang pembicaraannya sangat seru.

Matahari sendiri masih malu untuk menampakkan muka meski sudah hampir jam delapan. Entah apa yang sedang diperbuatnya. Mungkin ia tidur kemalaman karena bercanda dengan sang bulan sehingga bangun kesiangan.

"Kinan... Tolong antarkan penganan untuk Nenek sarapan." Seru Ibu dari dapur.
Rumah nenek berjarak tiga ratus meter setelah melewati kebun jagung yang buahnya berambut pirang.

Aku meraih rantang dari tangan ibu. Kemudian melangkah keluar rumah.
"Kinan, jangan lupa bawa payung!" Teriak ibu lagi.

Dan benar, tak lama hujan pun turun satu per satu.


2 comments:

Isnaini Ahmadi said...

kereeeeeeeen!!!

Anjar Oktaviani said...

Yeaaayyyy... foto lo berdua juga keren.. cocooookkk gituuuu.. :)