Wednesday, February 15, 2012

Pada Suatu Pagi


 Foto: hasil browsing dari Google (pinjam ya...)

"Aku hamil."
"Hah? Yang benar?"
Seperti yang kuduga. Ia pasti terkejut.
"Iya." Kepalaku mengangguk. Senyumku lebar mengembang. "Kira-kira nanti anaknya mirip kau atau aku ya?"
"Kau cantik."
"Kau pun sangat tampan. Pasti anak kita, entah dia laki-laki atau perempuan, mukanya pasti sangat rupawan."
"Sudahlah, nanti saja kita bicarakan. Yang pasti aku kangen sekali sama kamu."
"Aku juga. Lama sekali kita tak bertemu. Berapa lama ya? Sebulan? Ah lebih... Dua? Tiga? Kau selalu saja sibuk."
"Kan kau tahu sendiri. Pekerjaanku tak ada habisnya. Belum selesai yang ini, yang satu sudah menanti."

Dan malam-malam yang panas pun terulang lagi. Hingga tak ada lagi tenaga yang tersisa, membuat kami terlelap dengan cepat.

Sinar matahari pagi menyelusup melalui tirai yang tersingkap. Menyilaukan mataku. Membuat separuh ruangan menjadi terang dan menyadarkan kalau di sebelahku sudah tak ada orang.

Tak perlu dicari kemana laki-laki itu pergi. Yang tertinggal hanya selembar cek berisi angka yang menakjubkan dan secarik tulisan perpisahan.

Kuhirup kopi panas yang terasa pahit.
Ini adalah pagi paling menyakitkan.



No comments: